Kutai Timur, 23 Desember 2025 – Kesadaran ideologis dan mental tangguh menjadi kunci kekuatan pemuda Islam di era digital. Pemuda Muhammadiyah Cabang Kutai Timur menggelar Baitul Arqam Dasar (BAD) dan Pendidikan Latihan Dasar (Diklatsar) Kokam dengan tema strategis: membentengi generasi muda dari invasi pemikiran dan menghancurkan belenggu mental yang menghambat pergerakan.
Agus Sultonik, M.Pd., Wakil Ketua Komunikasi Informasi Cabang, Umat dan Lembaga Pemuda Muhammadiyah Kutai Timur, tampil sebagai pemateri dalam kegiatan yang berlangsung penuh semangat ini. Dengan gaya penyampaian yang inspiratif, beliau membedah dua ancaman besar yang menghadang pemuda Muslim kontemporer.
Ghozwul Fikri: Perang Tanpa Peluru
“Ghozwul Fikri bukan sekadar teori, tetapi realitas yang kita hadapi setiap hari,” tegas Agus Sultonik membuka materinya. Istilah Arab yang berarti “invasi intelektual” ini merujuk pada upaya sistematis mengubah pola pikir, karakter, dan perilaku umat Islam agar menjauh dari nilai-nilai agamanya—tanpa senjata, tanpa kekerasan fisik.
“Musuh tidak lagi datang dengan tank dan meriam. Mereka datang melalui layar ponsel, media sosial, tren budaya, dan narasi-narasi yang dikemas apik,” papar pemateri di hadapan puluhan peserta Kokam yang menyimak dengan saksama.
Dalam era informasi yang bergerak cepat, pemuda menjadi target utama. Nilai-nilai sekularisme, hedonisme, dan materialisme disusupi secara halus melalui konten digital, gaya hidup, hingga sistem pendidikan yang menjauhkan dari ruh keislaman.
Mental Block: Musuh dari Dalam
Materi kedua tak kalah krusial—menghancurkan mental block atau belenggu mental yang sering kali lebih berbahaya dari serangan eksternal. Agus Sultonik mengidentifikasi tiga ciri menonjol mental block yang harus diwaspadai:
Pertama, rasa takut berlebihan yang melumpuhkan aksi. Kedua, keraguan diri yang terus-menerus menggerogoti kepercayaan. Ketiga, zona nyaman yang menjebak pemuda dalam stagnasi.
“Jangan biarkan rintangan mental mengendalikanmu. Bebaskan dirimu. Hadapi rasa takutmu dan ubah mental block menjadi building blocks,” kutip pemateri mengutip kata-kata Dr. Roopleen yang menggugah.
Peserta diajak untuk tidak membiarkan ilmu dan potensi yang dimiliki menjadi seperti “kapak yang berkarat”—ada tetapi tak bermanfaat. “Mengasah kapak memang melelahkan, butuh perjuangan, namun pada saat kita bisa mengubahnya menjadi manfaat bagi orang lain, ia akan berujung bahagia,” tambah Agus Sultonik dengan penuh semangat.
Membangun Pemuda Inspiratif
Diklatsar ini menekankan pentingnya pemuda yang tidak hanya baik untuk dirinya sendiri, tetapi mampu memberikan motivasi dan menjadi inspirasi bagi orang lain serta generasi selanjutnya. Konsep ini sejalan dengan misi Kokam sebagai barisan pemuda Muhammadiyah yang tangguh, berakhlak mulia, dan siap menjadi pelopor perubahan.
Kegiatan yang dikemas dengan metode interaktif ini berhasil membangkitkan kesadaran kritis para peserta. Mereka diajak untuk tidak hanya menjadi konsumen pasif informasi, tetapi menjadi produsen nilai-nilai positif yang membumi di tengah masyarakat.
TESTIMONI
Muhammadd Ryan riski Liansyah,S.T
Moderator & Ketua Pemuda Muhammadiyah Kutai Timur
“Alhamdulillah, saya diberi amanah untuk menjadi moderator dalam Diklatsar yang luar biasa ini. Materi dari Ustadz Agus Sultonik benar-benar membuka mata kami tentang ancaman yang tidak kasat mata—Ghozwul Fikri. Selama ini kita sering tidak sadar bahwa pemikiran kita perlahan digerus oleh konten-konten yang seolah netral, padahal di dalamnya ada agenda tersembunyi untuk menjauhkan kita dari Islam.
Yang paling menyentuh adalah materi tentang mental block. Saya pribadi merasa tertampar ketika Ustadz bilang jangan sampai ilmu kita seperti kapak berkarat—ada tapi tidak berguna. Sebagai pemuda Muhammadiyah, kita harus berani keluar dari zona nyaman, mengasah terus kemampuan, dan menjadikan diri kita inspirasi bagi generasi berikutnya.
Diklatsar ini bukan sekadar pelatihan biasa. Ini adalah momentum kebangkitan kesadaran. Kami para peserta pulang dengan bekal mental yang lebih kuat dan visi yang lebih jelas: menjadi pemuda yang tidak hanya baik, tetapi juga bermanfaat dan menginspirasi. Semoga apa yang kami dapatkan hari ini bisa kami amalkan dan sebarkan kepada saudara-saudara pemuda lainnya. Jayalah Pemuda Muhammadiyah! Jayalah Kokam!”
Reporter: Tim Media Pemuda Muhammadiyah Kutai Timur














