Samarinda, 10 Agustus 2024 – Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kutai Timur, bersama Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, sukses menggelar Pelatihan Positif Bermedia Sosial. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari di Hotel ZOOM Jalan Mulawarman No.38 Samarinda ini mengangkat tema “Penguatan Pusat Perubahan Gerakan Nasional Revolusi Mental dalam Perwujudan Budaya Bangsa dan Pembinaan Ideologi Pancasila di Lingkungan Muhammadiyah”.
Dengan mengutus Ustadz Yakub Fadillah, S.IP selaku Wakil Sekretaris PDM Kutim dan Agus Sultonik, M.Pd selaku Ketua MPI (Majelis Pustaka dan Informasi), Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kutai Timur menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Muhammadiyah di era digital. Kehadiran perwakilan dari PW Muhammadiyah Kaltim, PW Aisyiyah Kaltim, Ketua PD Muhammadiyah se-Kaltim, Majelis Tabligh PW Muhammadiyah Kaltim, serta perwakilan dari Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur dan Universitas Muhammadiyah Berau semakin memperkaya diskusi dan semangat kolaborasi dalam kegiatan ini.
Pelatihan yang diikuti juga oleh para kepala sekolah Muhammadiyah se-Kota Samarinda ini bertujuan untuk membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan media sosial secara positif dan produktif. Selain itu, pelatihan ini juga diharapkan dapat memperkuat pemahaman peserta tentang nilai-nilai Pancasila dan budaya bangsa, serta mendorong mereka untuk menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing. Pelatihan ini sangat penting bagi kami untuk terus relevan dengan perkembangan zaman. Dengan memahami media sosial, kami dapat lebih efektif dalam menyampaikan pesan dakwah dan memberikan kontribusi positif masyarakat.”ujar Yakub Fadillah.
Selain materi tentang literasi digital, peserta juga diberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga etika bermedia sosial, menangkal berita hoaks, dan membangun citra positif Muhammadiyah di dunia maya. Pelatihan ini menggunakan metode yang interaktif, seperti diskusi kelompok, presentasi, dan studi kasus, untuk melibatkan peserta secara aktif. setelah pelatihan. Misalnya, peserta diharapkan dapat membentuk komunitas atau kelompok diskusi untuk terus belajar dan berbagi pengetahuan tentang literasi digital.
Leave a Reply